Langsung ke konten utama

Pengangguran is My Job

Ngeliat judulnya saja rada-rada gimana gitu ya? Gue pun agak bingung juga kenapa gue beri judul untuk postingan kali ini yang kaya begituan. Dari pada tambah bingung, mungkin bisa gue jelasin lah, dari pada tulisan ini berhenti sampe sini doang.

Pengangguran menurut gue artinya seseorang yang nganggur, nggak tau mau buat apa-apa karena nggak ada kerjaan, entah itu kerja kuli, kerja ngojek, atau kerja bank negara Indonesia sebagai teller. Intinya nggak ada kerjaan mau ngapain. Tapi di postingan kali ini judul gue adalah “Pengangguran is My job” jadi macam mana ni? Ya macam itu. Ya, gue sekarang sedang bekerja, kerjaan gue nganggur. Tapi senganggur-nganggurnya gue, gue masih ada rutinas buat kuliah, tapi walau gue kuliah, gue akan selalu menganggap gue sebagai pengangguran, lah kok gitu pula? Iya, banyak hal yang mungkin bisa jadi alasan.

Saat ini Alhamdulillah gue udah semester 4, dan baru saja dapat sertifikat ospek, beda dengan temen-temen gue yang lain yang udah dapat sejak dulu. Gue kuliah di salah satu universitas di Batam, kampus ini menjadi salah satu alasan mengapa gue menganggap diri sendiri adalah seorang pengangguran, sebelum daftar di kampus ini, gue mengira kampus ini masuk pagi seperti biasa kaya masa-masa sma dulu, kira-kira jam 7 pagi gitulah, nggak tau kenapa setelah gue resmi daftar dan di terima, gue dapat kabar bahwa kampus gue masuk jam 7 malam, lah. Gue nggak bisa berkata-kata lagi mau ngapain, ya udah gue pasrah, yang penting gue bisa di terima masuk di kampus itu. Dan pada saat itu gue bertanya-tanya sama diri gue sendiri, “kuliah masuk malam, pagi-pagi gue ngapain ya? Nggak ada kerjaan gini, yasudah nggak apa-apa juga, bisa tidur puas.”  Nah begitu kira-kira yang gue pikirkan saat itu.

Saat pertama kali masuk kuliah, gue anteng-anteng aja, liat-liat cewek yang bening, memperhatikan orang-orang yang ada di dalam kampus, liat orang boker di toilet karena pintunya nggak di kunci, dan masih banyak lagi. Gaya-gaya anak kuliahan lah. Gue saat pertama kali agak sedikit bingung dengan kelas, karena saat itu mahasiswa baru harus liat kelasnya masing-masing di kertas pengumuman yang nempel di tembok, jadi ya terpaksa semua mahasiswa baru rame-rame pada berdesakan, kaya kambing bandot gitu ngeliat itu kertas yang di tembok.                
Setelah tau kelas gue kelas apa, gue bertemu orang-orang yang satu kelas dengan gue, berkenalan satu sama lain, kalau kenalan yang sesama cowok-cowok pakek ritual salam tangan, tapi nggak pakek cipika-cipiki, kalau kenalan sama cewek, yah biasa aja, paling senyum lebar doang, terus kedip mata, Gue orangnya maluan, kalau baru kenalan sama cewek.

Pertama-tama masuk kuliah, kelas gue nggak ada dosen, sebagai mahasiswa baru yang masih polos, gue berharap kejadian nggak ada dosen ini terus terulang setiap harinya. Jadi gue libur terus tiap hari. #lah.  Hari selanjutnya, dosen datang, orang-orang satu kelas gue masuk ruangan, agak rame juga waktu itu, kalau sekarang ntah kemana-mana. Pertama dosen masuk kuliah, yah biasalah paling cuman perkenalan diri doang, begitu yang ada dipikiran gue, dan dugaan gue bener, seminggu pertama gue kuliah, semua dosen membahas topik yang sama, yaitu perkenalan. Aneh juga, padahal mata kuliahnya beda-beda tapi yang dibahas malah sama. 

Semua mahasiswa baru sangat antusias mendengar perkenalan dosen, kalau ada nomor hape dosen yang diberikan dosen, pasti bakal langsung dicatat.

“ini, nomor hape bapak ya.. kalian bisa hubungin bapak di nomor ini 0869696969.. fast respon pokoknya” tulis pak dosen di papan tulis, dan sedikit kemudian ada respon yang cepat, kepala semua mahasiwa secara serentak pada nunduk buat nyatat. Yah maklumlah maba.

Perkenalan dosen ke mahasiswa nggak sampai disitu aja, ada yang sharing-sharing tentang alamat dosen itu dimana, hobinya apa, istrinya atau suaminya ada berapa, anaknya ada berapa, cara buat anaknya kaya mana, semua dijelasin, macem-macemlah. Dan perkenalan pun kian menjurus pada interaksi, dosen memanggil nama mahasiswa setelah semua mengisi absen lalu menanyakan alamat rumah dan pekerjaan, semua mahasiswa pun dipanggil namanya, dan ditanya pekerjaannya apa satu-persatu? Ya, gue sih masih cuek aja waktu itu, gue mengira ada banyak juga yang belum bekerja seperti gue, tapi ternyata?  Gue satot! Salah total! Rata-rata semua orang yang di kelas gue pada bekerja, gue perhatiin satu-satu.

“Bedol” tanya dosen “saya pak.” Sambil mengacungkan tangannya pakek jari tengah.

“kamu kerja dimana?” tanya dosen lagi.

“saya kerja di batam centre pak” jawab bedol santai.

“kerjaan apaan tuh.”

“ kerja sebagai ketua direktur, yang selalu sibuk pak, direktur di PT.bukak sitik jos.”

Dosen kembali melanjutkan untuk bertanya lagi ke mahasiswa baru.

“Sintia” “saya pak, ohok.. ohok.. ” jawab sintia sambil batuk-batuk.

“kamu kenapa? Sakit?”

“nggak kok pak, udah biasa pak batuk kek gini, kadang keluar belatung lagi pak”

“oh, kamu kerja apa?”

“saya kerja buat arang pak”

Setelah gue perhatikan satu-satu, mereka semua ternyata sudah pada bekerja, apa yang harus gue jawab saat dosen bertanya “kamu kerja apa?” apa harus gue jawab “nganggur” dan setelah nama gue dipanggil dan ditanya kerja apa, gue hanya geleng-geleng dan menjawab “menyusul pak”

Nah, dari situ gue menganganggap diri gue adalah seorang pengangguran, saat orang-orang satu kelas gue bekerja pada pagi hari dan melanjutkan kuliah pada malam harinya, lah agak berbeda dengan gue yang saat pagi hari malah nggak ngapa-ngapain. Dan nggak hanya di kelas gue yang rata-rata udah pada bekerja saat paginya, setelah gue tau, kampus gue yang masuk jam tujuh malam ini, adalah kampus buat orang-orang yang pekerja sekalian kuliah, jadi ya semua orang-orang yang kuliah di kampus gue rata-rata pada bekerja. Itulah yang ngebuat gue menyebut diri gue pengangguran.

Setelah tau kampus gue yang mayoritasnya pekerja, saat masuk kuliah gue berniat banget buat kerja, biar levelnya sama kaya orang-orang di kampus gue. Untuk memulai mencari kerja, yang pertama yang harus dilakukan adalah izin kepada orang tua tentunya, semua opini tentang kampus dan orang-orang yang bekerja di kampus gue, gue jelaskan semuanya kepada orang tua gue yang gue sayangi. Karena sesungguhnya orang tua gue, masukin gue buat kuliah ini bukan untuk bekerja, mereka menginkinkan gue untuk khusus buat kuliah saja, jadi saat gue beropini bahwa gue mau kerja, ya sama sekali nggak ada respon yang mengatakan “ya” dari orang tua gue, bahwa gue di setujui. 

Tapi saat masuk kuliah itu, niatan gue emang sedang membabi buat buat pengen kerja, salah satu temen gue nawarin gue kerja, tanpa banyak mikir ya gue terima tantangan itu. Pengen banget kerja, dapat gaji pertama dan shopping, kira-kira begitulah.
Gue sebagai anak yang patuh terhadap nasihat akan orang tua, akhirnya jadi anak yang kaya malin kundang, durhaka sama orang tua, yang melarang gue buat kerja, tapi tetap gue langgar karena pengen banget kerja.
Akhirnya gue ngelamar kerja, nggak usah gue sebutin gue ngelamar kerja dimana, nggak usah gue sebutin dimana gue ngelamar kerja, yang jelas, kalau gue gajian pada bulan pertama ya gajinya standar umk gitu lah.

Sesudah gue masukin lamaran yang gue buat apa adanya, tiba-tiba handphone gue berbunyi, tapi nggak ada namanya.

*nada iwak peyek bedering*

“haloo, ini siapa ya? Pengen ngajak kenalan ya?” jawab gue reflek.

“bukan, kami dari blablabla.. yang telah menerima surat lamaran dari anda tadi siang.”

“ohh, iya-iya, jadi gimana bu? Keterima nggak kerja di situ.?”

“nanti sore anda datang kesini lagi buat interview, pakek baju hitam putih, dan nggak ngaret.”

“ohh, iya buk, siappp.. mekom”

Gue akhirnya di panggil buat interview kerja pertama gue, sebelum gue interview gue sempet mikir, kira-kira nanti gue mau di tanya-tanya yang kaya gimana ya, yah namanya aja baru kali itu mau di interview masuk kerja. Apa nanti bakal di kasih pertanyaan “kamu jomblo apa udah punya pacar?” atau “kamu cebok pakek tangan kiri apa kanan?” lah gue semangin ngawur ngebayangin pertanyaan apa yang bakal di tanya ke gue.

Tiba sore hari gue kembali lagi, gue langsung samperin security yang ada di situ, nggak berapa lama gue di tanya,

“hey ada perlu apa mas?” tanya security perempuan dengan tatapan sinis.

“saya datang kesini buat cari cewek bu, eh salah buat interview kerja bu.”

“ohh, iya sebentar ya”

Kemudian security itu nelpon, dan setelah nelpon gue  pun disuruh masuk, tidak lupa gue di kasih apaan gitu gue lupa, kaya kartu gitu, kaya anak-anak yang kalau masuk di wahana permainan di mall-mall harus pakek tanda atau kaos kaki, nah semacam kaya gitulah gue dikasih security iu.

Setelah masuk gue di suruh duduk, dan di kasih formulir gitu, untuk diisi dan nggak boleh nyontek, yang jelas itu bukan formulir pendafatran buat ngisi passport. Ada beberapa orang yang rupanya udah ngisi formulir duluan, rupanya orang ini adalah saingan gue buat kerja disini, toh sebelum gue ngelamar kerja disini, temen gue yang ngasih gue info kerjaan disini bilang kalau disini hanya butuh satu orang pekerja, jadi udah jelas, orang yang telah mengisi formulir itu adalah saingan gue. Setelah gue mengisi itu formulir yang sulit untuk gue jawab, akhirnya gue dan orang-orang tadi di suruh masuk ke dalam lagi.

Ada dua orang perempuan yang siap meng-interview gue dan orang-orang lainnya. Akhirnya gue di panggil dan mulailah gue di kepoin. Semua tentang gue di tanyain, “kamu tinggal dimana? Nama bapak kamu siapa? Kamu pakek kolor size apa? Kamu kalau cukur bulu ketek pakek gunting apa di cukur?” lah kok ngaco gini. Yang jelas gue dikepoin saat itu.
Setelah cukup lama gue di kepoin, akhirnya gue disuruh pulang, dan bersiap menunggu panggilan lagi untuk benar-benar gue keterima. Hampir 1 bulan gue menunggu, gue berharap ada panggilan lagi untuk gue buat bisa masuk kerja di situ, tapi mungkin gue kurang beruntung, dan gue fix nggak keterima.

Dari hal itu, gue banyak dapat pelajaran walau gue nggak diterima, mungkin faktor dukungan orang tua yang nggak menyetujui gue buat kerja menjadi alasan juga, jadi, saat gue nggak di terima buat masuk kerja, gue mulai mikir, sepertinya gue harus fokus untuk kuliah saja, percuma keras kepala buat kerja tapi peran dan dukungan orang tua nggak ada, walau sebenarnya kebijakan orang tua gue buat memfokuskan gue hanya untuk kuliah saja dan tidak mengizinkan gue untuk kerja adalah bentuk tindakan orang tua untuk anaknya agar tetap fokus. Jadi ada baiknya, dan gue sampai saat ini harus nurut sama orang tua, mendukung orang tua gue, berbicara kepada diri gue sendiri bahwa gue harus fokus buat kuliah, menanam perkataan orang tua gue, mungkin dari tindakan orang tua gue, kedepannya gue bisa cepat untuk lulus kuliah dan dapat pekerjaan yang baik. Semoga saja.

Dari situ gue juga harus bersyukur punya orang tua seperti itu, tidak banyak orang tua yang menyuruh anaknya tidak kerja saat paginya nganggur. Walau gue nganggur saat sebelum kuliah di malam hari, tanggung jawab gue juga ada sebagai anak, selalu membantu orang tua khususnya ibu gue di rumah yang kebetulan  seorang ibu rumah tangga.

Mungkin sampai sini gue cerita-cerita gue, gue janji saat gue telah lulus dan bekerja  gue bakal cerita-cerita di blog lagi.. Semoga aja gue lulus kuliah nggak lama dan segera dapat kerja. Amin.



Komentar

  1. Lho, kuliahnya kelas karyawan? --"
    Yaudah, coba2 dulu aja wirausaha kecil2an, lumayan untung juga, dan bikin nggak nganggur :D

    BalasHapus
  2. Bukan, tapi rata2 pekerja sambil kuliah kak. Hehe thanks sarannya :)

    BalasHapus
  3. Oh ya...
    Buat para blogger, ayo gunakan aplikasi penghasil uang dengan sistem afiliasi. Bisnis afiliasi adalah bisnis yang wajib diikuti setiap blogger. Ada banyak sekali komisi yang bisa didapat dari aplikasi ini. Produknya dibutuhkan setiap hari. Tinggal gunakan aplikasinya secara rutin, dan ajak temanmu, maka komisi siap ditransfer ke kamu.
    Untuk lihat detailnya ada di blog saya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

FTV Versi yang Punya Blog

Pagi itu asep terbangun dari tidurnya, matanya masih belum bisa terbuka semuanya, belek-belek yang sudah kering menghiasi sekeliling matanya, jam saat itu menunjukkan pukul 06.00, niatan Asep untuk lari-lari pagi pun terwujud, wajar saja, setiap mau lari-lari pagi Asep selalu keblablasan bangun pagi.  Kebetulan hari minggu itu cuacanya mendukung, panas yang agak-agak adem. Asep bergegas untuk beranjak dari atas tempat tidurnya, berusaha sekeras mungkin untuk mencuci muka, dan kemudian bersiap untuk lari-lari pagi. Akhirnya Asep sudah terlihat sempurna, siap untuk lari-lari pagi, walau mata yang masih terlihat bengkak, kaya disengat lebah yang lagi pms. Asep adalah anak laki-laki, berusia 20 tahun, wajahnya nggak terlalu ganteng-ganteng amat, kira-kira beginilah wajah asep sesudah operasi plastik. karena sebelum ia operasi plastik wajah, wajah nya nggak sebagus itu, dulu sih kaya gini. sekibukannya itu cuman fokus kuliah, ia nggak sepeti temen lainnya, yang ku...

Rambut Mu, Mahkota Mu

Setiap manusia pasti punya yang namanya rambut, dari sejak lahir pun kita sudah di anugrahi yang namanya rambut, rambut manusia itu pun banyak macemnya, ada rambut lurus, rambut gimbal, rambut kriting, rambut lepek, rambut yang maksa banget buat dijadiin lurus karena dulunya kriting dan masih banyak lagi. Kali ini gue akan cerita-cerita sedikit tentang rambut, bukan rambut mbah gue atau gebetan gue yang gue mau ceritain, tapi rambut gue sendiri. Lah kenapa dengan rambut lu? Rambut gue banyak uban, eh bukan, rambut gue banyak yang komentari, makanya dari sini banyak kali unek-unek yang gue mau gue tulis soal rambut gue. Kata orang-orang rambut itu mahkota, dan menurut gue emang bener rambut itu mahkota, tapi nggak tau kenapa, mahkota gue banyak yang komentarin? Kenapa mereka nggak komentarin mahkota punya mereka sendiri, huftt.. Oke gue tau, gue nggak kayak normalnya cowok yang punya rambut rapi, dengan klimisnya minyak rambut seember, dengan modisnya style rambut modern. Yah gu...

Macam Jenis Status BBM

“nggak sabaran banget nunggu hari besok, kayanya bakalan seru deh. Ah sumpah nggak sabar banget”. Begitulah  status bbm Lolita yang saat nggak sengaja Asep baca di recent update bbm miliknya. Asep yang saat itu sedang boker sembari main handphone pun kaget dan eek-nya yang tadinya keras tiba-tiba langsung encer saat tau Lolita ngebuat status bbm yang kaya gitu. Lolita ini adalah gebetan Asep yang Asep akui, (AKUI) maklum saja Asep kaget, toh doi dan Lolita nggak pernah janjian kalau besok mau ngapai-ngapain.